“ BrakKKK...!!!”
Dinda membanting pintu kamarnya sehingga menimbulkan suara yang memecahkan keheningan di rumah siang itu. Tanganya yang mungil dengan tangkas melemparkan sebuah tas berwarna merah muda ke atas ranjang ynag terleatka di samping meja riasnya. Sejenak ia diam membisu. Matanya melirik ke arah tas merah muda yang ada di atas ranjangnya. Secepat kilat ia meraih tas itu dan mengambil secaraik kertas yang ada di dalamnya. Dengan seksama ia memperhattika tulisan yang ada di kertas putih yang tak bernoda sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk.
“ senyummu menggodaku “ tulis di kertas putih itu. Seribu pertanyaan menari-nari di benaknya seketika itu. Ia masih tidak mengerti maksud surat itu.
......
Esoknya Dinda berjalan tergesa-gesa menuju kantor Majelis Guru sambil menarik tangan Riska, teman akrabnya.
“ Ada apa ini din ?’” tanya Riska heran.
“ Pak Risky memanggilku dan menyuruhku segera ke kantor sekarang juga” jawab Dinda denagn terus menarik tangan Riska.
” kamu tidak perlu terburu-buru. Pak Risky memanggilmu bukan karena kamu terlibat dalam masalah itu”, Riska berusaha menenangkan Dinda.
Langkah Dinda langsung berhenti. Bukan karena mendengar ucapan Riska, tetapi karena orang yang dicarinya sudah berdiri didepannya. Pak Risky, itulah panggilan akrabnya, seorang guru olahraga baru disekolahnya. Wajahnya yang tampan membuat seluruh siswa menyukainya dan menaruh perhatian kepadanya.
“ ya, Pak... ada apa?” kata Dinda gugup,
“ Dari mana saja?” tanya pak Risky dengan nada serius membuat dinda semakin takut.
“ Saya baru saja beretemu Dika pak, ia memberu tahu bahwa bapak memanggil saya” jelas Dinda dengan nada suara yang agak bergetar.
“ Jangan takut, Kamu hanya saya suruh untuk mengantikan saya menjadi juri pertandingan basket yang siadakan siang ini “
“ hmmmm,,, mengapa harus saya pak?” tanya Dinda heran
“ saya ingin kamu yang mengantikan saya bukan orang lain” secepat mungkin pak Risky pergi meninggalkan Dinda dan Riska yang sedikit terkejut mendengar penjelsan itu sambil menebarkan senyuman yang menngoda.
“ Huh,,, ku kira ada apa. Rupanya....? kata Dinda
“ Aneh, jarang-jarang loh pak Risky seperti itu,”
“ aku juga bingung, mengapa pak Risky menjadi seperi itu, tetapi tak apalah malah aku sungguh mengaguminya yang seperti ini, dengan wajahnya yang tampan, matanya yang memancarakan sinar dan gayanya yang mempesona membuat hatiku tak dapat berbohong kalau aku benar-benar mengaguminya” ucap Dinda dengan persaannya yang begitu melayang.
“ Ayo, pertandingan akan segera dimulai”, ajak Riska yang sudah tidak sabar ingin menyaksikan pertandingan itu.
Pertandingan dimulai. Semuanya berjalan dengan lancar, suara masing-masing pendukung bersorak-sorai meruntuhkan bangunan disekitarnya dan mengalahkan desiran pasir yang diterbangkan angin siang itu. Di sisi lain terlihat sosok mata elang dari kejahuan yang tertuju kepada Dinda yang sedang mengamati pertandingan begitu serius. Pandangan mata itu begitu tajam, berkilau bagai cahaya berlian. Seketika itu, Dinda merasa ada yang aneh pada dirinya, filingnya mulai bermain, “ Ada apa ini? Akankah sesuatu yang buruk terjadi pada diriku”. alunan senduh dihatinya. Keadaan itu terus belangsung sampai-sampai ada sesuatu yang memang terjadi pada dirinya, seseorang menghampirinya dan berkata “ Din, Jerry mengalami kecelakaan”. Aliran darah yang sebelumnya mengalir tenang tiba-tiba seketika itu mengalir deras, jantungnya berdetak kencang dengan spontan ia berlari dan meninggalkan tempat pertandingan itu. Pemilik mata elang yang selalu memperhatikan tingkah Dinda itu, spontan berlari mengejar dinda dengan arah yang berbeda, di tengah perjalanan menuju gerbang sekolah, pemilik mata yang indah itu bertabrakan dengan tubuh dinda, membuat dinda terjatuh lemah, sang pemilik mata elangpun mendekati dan menolong dinda, mata tajam itu menatap dinda penuh arti, Dinda tertegun malu dan tangan dengan sentuhan halus menolong Dinda dengan perlahan bediri dari jatuhnya dan Dinda kemudian, meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit.
Pertandingan basket itu terus berlangsung, posisi Dinda sebagai juri digantikan oleh Pak Risky yang sejak tadi memperhatikan jalanya pertandingan. Pertandingan berjalan dengan tertib sampai berakhir.
.......
Di rumah sakit jerry teman akrab dinda terbaring lesu tak berdaya, air mata mengalir membasahi pipi Dinda, rasanya dinda tak sanggup dengan semua keadaan yang menimpanya, “ aku tidak ingin kehilang orang yang ku sayanggi untuk kedua kalinya”. Selintas terpikir di benaknya tentang sesuatu yang buruk. Orang tua Jerry menyuruh Dinda untuk segera pulang, dengan wajah yang sembab ia pun melangkahkan kaki menuju rumahnya.
Esok paginya, seperti biasanya Dinda kembali bersekolah dengan pikiran yang kusut dan kondisi badan yang lunglai, Dinda tetap mengikuti pelajaran di dalam kelas, suasana kelas mencoba membuat dinda kuat dan tetap bersemangat, teman-temanya selalu menebarkan senyuman yang membuat dirinya ikut tersenyum. Pak Risky, guru yang sangat ia kagumi datang menghampirinya dan mencoba menghiburnya, senda gurau Pak Risky membuat Dinda kembali tersenyum lepas, senyum manja yang dituangkan Dinda membuat hati Pak Risky menjadi senang karena siswinya sudah kembali tersenyum. Senyum Dinda tak henti-hentinya menebar, seiring denagn dikabarkannya bahwa kondidi jerry semakin membaik dan diisukan untuk waktu dekat ia bisa pulang. Mendengar itu semua Dinda bergegas-gegas untuk sesegera mungkin pergi ke rumah sakit.
“ Teng,,,teng,,,teng “. Bunyi lonceng pertanda jam sekolah berakhir.
“ Aku harus sesegera mungkin tiba di rumah sakit “ pikir Dinda sambil berjalan menuju gerbang sekolah. Seketika itu lewat orang yang tak asing lagi bagi Dinda sedang mengendara sepeda motor, itulah Pak Risky dengan kembali menebar senyum manisnya dan gayanya yang mempesona, ia mengajak Dinda untuk segera naik dan bersedia mengantarkannya ke rumah sakit. Dengan senang hati Dinda menerima tawaran Pak Risky itu.
Sambil menikmati indahnya pemandangan disekitar dan tiupan angin yang menyejukkan hati, Dinda dan Pak Risky sedang asyik berbincang-bincang dan sesekali mengeluarkan kata-kata humor canda tawa. Tak lama berbincang-bincang tiba di rumah sakit dengan secepatnya Dinda turun dan melangakh sambil menrik tangan Pak Risky menuju kamar A3, dimana tempat Jerry dirawat. Terlihat kondisi Jerry sudah membaik dan kembali tersenyum. “ Terima kasih ya Allah engkau telah melewatkan masa kritis orang yang ku sayangi” ujar Dinda bersyukur. Mendengar itu Pak Risky tertegun dan entah apa yang dirasakan beliau saat itu yang membuatnya tertegun. Setelah lama disana Dinda dan Pak Risky pun pamit pulang.
Sesampainya di rumah Dinda, dengan mengucapkan terima kasih mengiring Dinda untuk masuk ke rumah sambil lambaian tangan yang mengiring kepergian Pak Risky.
“ Senang sungguh hati ini ku rasa, ku bisa pergi bersama orang yang selama ini kukagumi, aku tak menyangka akan semua ini, apakah ini hanyalah mimpi?” tanyaku lirih di hati. “ aku merasa ada yang berbeda saatku bersamanya, apakah ini yang dinamakan cinta, atau bahkan aku sedang jatuh cinta ?” sejuta pertanyaa di benaknya. Dengan mencoba merebahkan badan di ranjang empuknya, Dinda tetap berpikir.
Pagi pun kembali datang membawa senyuman dunia, Sinar mentari kembali bersinar, “ sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah “. ucapnya bergumam. Sesampainya di sekolah, pagi itu tepat Jadwal Pak Risky piket tanpa disengaja dinda bertemu Pak Risky. Dinda mencoba ntuk sapa dirinya, dengar desah suaranya namun malah beliau yang terlebih dahulu menyapanya.
“ Pagi, Dinda”
“ Pagi juga, pak”
“ Sudahkah kamu sarapan?” tanya Pak Risky dengan penuh perhatian
“ Hmm,,, sudah, Pak “. jawab Dinda tertegun malu dan membuat dirinya salah dalam bertingkah dan sesegera mungkin Dinda meminta izin untuk pergi ke kelas.
“ Gayamu yang begitu mempesona dan wajahmu yang rupawan membuatku jatuh hati kepadamu, dihatiku terukir namamu dan adakah aku dihatimu?” pikir Dinda dibenaknya sambil terus melangkah menuju kelasnya.
Alunan- alunan senduh telah bisikan cerita- cerita gelapnya dan telah abaikan mimpi dan ambisinya. Tak berbeda dengan apa yang dirasakan Pak risky, ternyata si pemilik mata elang ini juga telah menaburkan benih-benih cinta di hati Dinda, namun ia tidak berani mengungkapkannya, karena statusnya sebagai seorang guru namun rasa itu tak mampu lagi ia pendam di hatinya.
Sepulang sekolah Pak Risky mencoba untuk mengutarakan semua perasaan yang ada dihatinya walaupun nantinya terjadi sesuuatu yang tak diinginkan. Seperti biasanya tepat pukul 13.45 jam sekolah berakhir, Dinda yang sedang berjalan di taman sekolah dikejutkan oleh suara bass yang memanggilnya, ternyata desah suara Pak Risky, Dinda ditemui Pak Risky di taman sekolah kemudian dibawanya ke warung di sebelah sekolah. Dinda merasa sesuatu yang aneh, ia merasakan sesuatu yang tidak biasanya terjadi. Ketika itu mata elang milik seorang yang ia kagumi menatap tajam matanya hingga menrik hatinya. Darahnya mengalir deras, detak jantung semakin cepat, tangannya dingin seperti es yang membeku.
Dengan terbata-bata Pak Risky, mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya. “Senyummu, dirimu menyadarkanku, bahwa kaulah pengganti dirinya, sebelumya ku tak mudah membagi rasa ini kepada siapapun, namun sekarang semuanya berbalik 180 derajat, karena kau disini hilanglah semua rasa bimbang, tangis kesepian dan kau buat ku bertanya apakah aku jatuh cinta kepadamu, jika itu memang benar adanya, maukah engkau terus menjadi orang yang mnehilangkan rtangiskesepian didiriku?”
Dinda lama terdiam setelah mendengar hal itu, ia bahkan tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya berkata “ Dinda sebenaranya mengagumi bapak, dan mungkin malah jatuh cinta kepada bapak, jujur selama ini dinda mersa nyaman didekat bapak, berbeda ketika Dinda didekat Jerry, didekat Jerry, Dinda hanya merasa bahwa rasa kasih sayang yang dinda berikan itu sekedar kasih sayang antara kakakk dan adik. Tapi, pantaskah kitamempunyai hubungan yang special, bukankah dinda siswi dan bapak adalah seorang guru, “. jelas Dinda.
Seketika itu terdengar bunyian “ Ccccahh” bunyi gelas yang terjatuh dari atas meja dan terlihat seseorang yang sejak tadi berada ditempat itu berlari setelah mendengarkan semuanya. Jerry yang sebenarnya menaruh perhatian kepada Dinda spontan berlari dari tempat itu. Terlihat dari kejahuan seseorang itu memakai baju kaos hitam. Spontan Dinda berkata “ Jerry,,, itu jerry “ katanya sambil mengejar jerry dan meninggalkan Pak Risky. Dinda berlari sekencang-kencangnya dan berusaha memberikan penjelasan kepada Jerry. Jerry yang sudah begitu jauh berlari menghampiri Dinda, karena ia melihat Dinda sudah terduduk lemah di dekat sebuah pohon dan ia tidak tega melihat dinda seperti itu. Dengan nada lembut, Dinda menjelaskan semuanya dan Jerry akhirnya mengerti akan semua itu. Semenjak kejadian itu Dinda tidak lagi berani untuk menemui Pak Risky dan berusaha menjahuinya meski terpaksa.
THE END